
Adalah kejadian yang menyakitkan dan mengejutkan saya, dikala ada seorang kawan saya yang menikah, namun duduk seorang diri di pelaminan, diakibatkan sang istri pingsan setelah melihat kawan saya yang sesungguhnya saat prosesi ijab qabul berlangsung. Padahal jauh sebelumnya, mereka sudah bersuka cita melalui komunikasi hp, walau tak ada yang saling tau kondisi asli masing - masing.
Sekali lagi, KEJUJURAN dari semua pihak yang harus diutamakan, dari mediator, sampai kedua mempelai & siapapun yg nanti berkepentingan dari padanya.
Sungguh, saat hal itu terjadi, sedikit marah diriku, betapa Murka Allah dinampakkan dengan membuat malu semua komponen pada prosesi pernikahannya, akibat ada ketidak jujuran di dalamnya, mungkin bisa terjadi, tapi bisa jadi tidak ada kata cinta karena Allah di dalamnya, bagaimana nanti? apakah biduk rumah tangga itu akan berlanjut seterusnya? Apakah penyesalan dan kekecewaan akan terhapus tuntas seiring waktu jika dilanjutkan? Apakah beban mental tidak ada pada keduanya?
Rasulullah telah memberikan petunjuk, bahwa pernikahan bukan sebuah paksaan, orang tua harus menawarkan kepada anaknya, meski ada hadits yang mengakatan jika sipelamar tidak disangsikan keimanannya tak bolek ditolak, namun dalam proses Ta'arruf yang sesungguhnya dan yang sebenarnya, di awal sebelum Ta'arruf terjadi harus menunjukkan foto kedua calon mempelai, jika cocok dilanjutkan dengan pertemuan bersama dan juga harus ada muhrim diantara mereka berdua, saling menunjukkan 'wajah', sehingga tidak ada kekecewaan dan penyesalan di kemudian hari.
Jika keduanya cocok, barulah bisa dilanjutkan pada pernikahan. Sekali lagi, KEJUJURAN WAJIB & HARUS DIUTAMAKAN, jangan ada kecurangan maupun tekanan.